Sejak kasus Covid di Indonesia, aku jadi takut banget ke dokter gigi. Hampir setahun lebih aku udah ga pernah periksa ke dokter gigi. Sampai akhirnya bulan Februari kemarin aku sakit gigi parah banget sampai ga bisa makan dan ga bisa tidur. Akhirnya aku memberanikan diri ke dokter gigi di salah satu rumah sakit ibu dan anak, tempat aku melahirkan ketiga anakku. Pertimbangannya adalah karena aku sudah sering ke RS itu jadi aku tau betul kalau protokol kesehatan di RS tersebut aman dan terjamin. Karena RS Ibu dan Anak, memang lebih banyak ruang praktek untuk dokter kandungan dan dokter anak, klinik giginya memang tidak besar tapi lumayan aman. Akhirnya aku berobat ke dokter gigi disana. Hasil dari pemeriksaan pertama kali oleh dokter gigi biasa, ternyata gigi aku berlubang parah dan harus dirawat akar giginya oleh dokter Spesialis Konservasi Gigi. Karena untuk perawatan akar gigi harus dengan dokter konservasi gigi. Jadi aku dijadwalkan untuk bertemu dokter Spesialis Konservasi Gigi ini di minggu depannya. Singkat cerita, dokter yang bukan spesialis konservasi gigi ini membersihkan lubang gigi aku dan ditambal sementara. Disitu aku sempat bertanya, gigi sedang sakit tapi ditambal apakah tidak masalah? Dokternya bilang gapapa. Akhirnya aku pulang ke rumah dan malamnya aku demam tinggi dan gigi aku nyut-nyutan parah sampai leher bengkak. Bener-bener gabisa tidur semalaman. Akhirnya karena sudah ga tahan banget, keesokan harinya aku datang ke klinik gigi tersebut dan bertemu dengan dokter Spesialis Konservasi Gigi. Dokternya bilang, gigiku sakit karena banyak gas dan abses yang tidak bisa keluar tertahan oleh tambalan sementara. Hal ini terjadi bisa karena sewaktu membersihkan saluran lubang gigi kemarin kurang bersih dan merata, sehingga menumpuklah gas dan nanah yg seharusnya dibuang dulu. Mendengar ini jujur aku syok sekali, karena seharusnya dokter sudah tau kalau menambal gigi yang sedang sakit tanpa dibersihkan secara merata jelas tidak tepat. Akhirnya tambalannya dibongkar dan gigi akupun dibersihkan lagi dan ditambal sementara. Sewaktu pulang, dokter Spesialis Konservasi Gigi ini meresepkan aku obat yg banyak sekali. Aku kira sakitnya sudah selesai, ternyata di rumah setiap kali minum obatnya, aku mual dan hampir muntah. Lidah aku juga kebas dan baal terus-menerus, dan tenggorokan seperti tercekit benang tajam, menderita banget. Singkat cerita empat hari kemudian, aku disuruh kembali lagi ke klinik gigi tersebut dengan membawa rontgen gigi aku yang aku lakukan di lab khusus di luar rumah sakit. Yang mengejutkan, setelah dokter ini melihat hasil rontgen gigi aku, dokter Spesialis Konservasi Gigi ini malah meminta aku untuk operasi gigi geraham bungsu, padahal yg sakit bukan geraham bungsu. Dokter ini memaksa dan menjadwalkan aku cabut gigi dengan dokter bedah mulut di klinik itu di minggu depan. Dokter ini bilang bahwa dia tidak mau melanjutkan perawatan akar gigiku kalau geraham bungsu aku belum dicabut. Jadi intinya menurut dokter ini, gigi aku sakit karena terdorong oleh gigi bungsu yg tumbuhnya miring, padahal gigi bungsu aku saat itu tidak sakit dan tidak pernah sakit sebelumnya. Selain itu cabut geraham bungsu juga tidak murah, minimal 3-4 juta. Jadi di perawatan yang ketiga itu, gigi aku hanya dibersihkan dan diganti tambalannya. Setelah sampai kasir, lagi-lagi dibuat shocked dengan tagihan yang berjuta-juta. Total perawatan 3 kali bolak-balik dalam seminggu ke klinik gigi di RS tersebut, lebih dari 5 juta. Yang bikin aku kesal, kalau sembuh ya gapapa. tapi gigi aku tetap sakit parah, dan masih diresepkan obat yang banyak, padahal aku sudah bilang ga kuat dengan obatnya. Aku ga tebus obatnya by the way, dan aku pulang dengan keadaan gigi yang masih sakit. Akhirnya malamnya aku search dan tanya-tanya ke dokter gigi di aplikasi kesehatan. Aku akhirnya chat dengan dokter Bedah Mulut dari National Hospital Surabaya. Pertimbangan aku memilih dokter ini karena terakhir didiagnosa oleh dokter spesialis konservasi gigi aku kemarin, aku harus cabut gigi dengan dokter bedah mulut. Aku sampaikan semua keluhan dan cerita proses perawatan dengan dokter spesialis konservasi gigi kemarin, dan foto rontgen gigi aku, juga obat-obatan yang membuat mulut aku kebal terus-menerus. Dokter bedah mulut ini lalu mengganti obatnya hanya dengan 2 obat saja, dari yg tadinya aku diresepkan 7 obat. Ternyata rasa kebas dan baal di lidahku dan tercekit di tenggorokan adalah efek samping dari obat yg diberikan oleh dokter spesialis konservasi gigi kemarin. Kenapa efek sampingnya separah itu? Karena obatnya mengandung steroid yg sangat tinggi. Untung baby aku ga kenapa-kenapa, karena aku masih menyusui. Dokter bedah mulut ini kemudian menyarankan aku untuk memeriksakan gigiku ke dokter bedah mulut terdekat di kotaku. ku pun akhirnya searching dan menemukan klinik khusus gigi di BSD yang dekat dari rumah. Aku kesana untuk bertemu dengan dokter bedah mulut. Tidak kusangka ternyata protokol kesehatan dan kebersihan klinik gigi ini ketat sekali, suster dan dokter memakai APD lengkap, pasien juga diberikan APD sebelum memasuki ruangan. Setelah diperiksa, ternyata gigi geraham bungsu aku belum perlu dicabut, dan menurut dokter bedah mulut ini, gigi aku yg berlubang masih bisa dirawat dan tidak perlu dicabut. Dokter bedah mulut juga menjadwalkan aku ke dokter spesialis konservasi gigi di klinik gigi tersebut. Singkat cerita, aku akhirnya bertemu dokter spesialis konservasi gigi dan diperiksa hasil rontgen dan gigiku. Akhirnya gigiku mulai dirawat dan dibersihkan kembali saluran akarnya. Hanya dalam 3x kunjungan, gigiku sudah selesai dirawat dan ditambal permanen. Nyeri di gigiku pun hilang sepenuhnya. Aku sungguh tidak menyangka kalau ternyata klinik gigi yang tergolong kecil, tidak sebesar rumah sakit tapi ternyata protokol kesehatan ketat, pengerjaannya sangat rapih, dokter-dokternya profesional, alatnya canggih dan steril, dan biayanya juga sangat jauh lebih murah jika dibandingkan dengan dokter gigi di RS yang aku datangi kemarin. Kesimpulan yang bisa aku ambil dari kejadian yang aku alami, memang di masa pandemi Covid ini harus waspada, tapi tidak selalu rumah sakit besar lebih baik dan lebih berpengalaman dokternya. Klinik kecil khusus gigi juga banyak yang lebih canggih peralatan dan dokternya. Lalu sangat penting untuk mencari second opinion dari dokter lain jika dirasa kurang sesuai pelayanan dan diagnosanya. Ga kebayang kalau aku tetap mengikuti saran dokter sebelumnya, mungkin aku bisa habis belasan juta dan belum tentu sembuh giginya. Jadi jangan tunda ke dokter gigi ya moms. Artikel ditulis oleh Gita Mechtilde.
0 Comments
Leave a Reply. |
AuthorGita Mechtilde
|